Sabtu, 09 April 2011

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BAB 2 NO 15 (SOAL 2-15)

SOAL :
Suatu buku teks keuangan menyatakan informasi akuntansi akrual sebagai sup paku. Resep sup paku mencakup bahan sup biasa seperti kaldu dan mie, tetapi juga berisi paku. Hal ini berarti setiap sendok sup paku, seseorang akan mendapatkan paku bersama kaldu dan mi. Oleh karena itu, setiap memakan sup, orang harus membuang paku dari setiap suapan sup. Buku teks tersebut kemudian menyatakan bahwa akuntansi memberikan banyak informasi berharga pada laporan keuangan, tetapi seseorang harus membuang akrual akuntansi (paku) untuk menjadikan informasi tersebut berguna.
Diminta : Kritiklah analogi akuntansi akrual dengan “sup paku”

Jawab :
Dibandingkan dengan sup paku, mungkin lebih tepat kalau diumpamakan dengan “gado-gado”. Informasi yang terdapat dalam akuntansi pada laporan keuangan beraneka macam. Sama seperti gado-gado yang terdiri dari berbagai jenis sayuran, tahu, tempe, serta campuran bumbu kacangnya.
Hanya saja terkadang kita tidak membutuh kan semua informasi yang ada, melainkan sebagian. Begitupun dengan gado-gado. Tidak semua bahan yang ada kita suka atau kita butuhkan. Mungkin kita tidak suka dengan salah satu jenis sayurnya atau munkin juga dengan pedasnya.
Dengan demikian, sesungguhnya kita hanya memerlukan sebagian kecil informasi dari banyaknya informasi yang terdapat pada suatu laporan keuangan

Selasa, 05 April 2011

Analisis Laporan Keuangan : Bab 3 no 36 (3-36)

Soal :
Definisikan sebuah komitmen & berikan 3 contoh komitmen dalam sebuah perusahaan!
Jawab :
KOMITMEN DALAM SEBUAH PERUSAHAAN
Pengertian
Porter (Mowday, dkk, 1982:27) mendefinisikan komitment organisasi sebagai kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasikan keterlibatan dirinya kedalam bagian organisasi. Hal ini dapat ditandai dengan tiga hal, yaitu :
1.Penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi.
2.Kesiapan dan kesedian untuk berusaha dengan sungguh-sungguh atas nama organisasi.
3.Keinginan untuk mempertahankan keanggotaan di dalam organisasi (menjadi bagian dari organisasi).
Sedangkan Richard M. Steers (1985 : 50) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai rasa identifikasi (kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi), keterlibatan (kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi) dan loyalitas (keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan) yang dinyatakan oleh seorang pegawai terhadap organisasinya. Steers berpendapat bahwa komitmen organisasi merupakan kondisi dimana pegawai sangat tertarik terhadap tujuan, nilai-nilai, dan sasaran organisasinya. Komitmen terhadap organisasi artinya lebih dari sekedar keanggotaan formal, karena meliputi sikap menyukai organisasi dan kesediaan untuk mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi demi pencapaian tujuan. Berdasarkan definisi ini, dalam komitmen organisasi tercakup unsur loyalitas terhadap organisasi, keterlibatan dalam pekerjaan, dan identifikasi terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi
Secara singkat pada intinya beberapa definisi komitmen organisasi dari beberapa ahli diatas mempunyai penekanan yang hampir sama yaitu proses pada individu (pegawai) dalam mengidentifikasikan dirinya dengan nilai-nilai, aturan-aturan, dan tujuan organisasi. Disamping itu, komitmen organisasi mengandung pengertian sebagai sesuatu hal yang lebih dari sekedar kesetiaan yang pasif terhadap organisasi, dengan kata lain komitmen organisasi menyiratkan hubungan pegawai dengan perusahaan atau organisasi secara aktif. Karena pegawai yang menunjukkan komitmen tinggi memiliki keinginan untuk memberikan tenaga dan tanggung jawab yang lebih dalam menyokong kesejahteraan dan keberhasilan organisasi tempatnya bekerja.
Jenis Komitmen
Komitmen organisasi dapat dibedakan menjadi 2 bagian:
1. Jenis Komitmen menurut Allen & Meyer
Allen dan Meyer (dalam Dunham, dkk 1994: 370 ) membedakan komitmen organisasi atas tiga komponen, yaitu : afektif, normatif dan continuance.
Komponen afektif berkaitan dengan emosional, identifikasi dan keterlibatan pegawai di dalam suatu organisasi.
Komponen normatif merupakan perasaan-perasaan pegawai tentang kewajiban yang harus ia berikan kepada organisasi.
Komponen continuance berarti komponen berdasarkan persepsi pegawai tentang kerugian yang akan dihadapinya jika ia meninggalkan organisasi.
Meyer dan Allen berpendapat bahwa setiap komponen memiliki dasar yang berbeda. Pegawai dengan komponen afektif tinggi, masih bergabung dengan organisasi karena keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi. Sementara itu pegawai dengan komponen continuance tinggi, tetap bergabung dengan organisasi tersebut karena mereka membutuhkan organisasi. Pegawai yang memiliki komponen normatif yang tinggi, tetap menjadi anggota organisasi karena mereka harus melakukannya.
Setiap pegawai memiliki dasar dan tingkah laku yang berbeda berdasarkan komitmen organisasi yang dimilikinya. Pegawai yang memiliki komitmen organisasi dengan dasar afektif memiliki tingkah laku berbeda dengan pegawai yang berdasarkan continuance. Pegawai yang ingin menjadi anggota akan memiliki keinginan untuk menggunakan usaha yang sesuai dengan tujuan organisasi. Sebaliknya, mereka yang terpaksa menjadi anggota akan menghindari kerugian finansial dan kerugian lain, sehingga mungkin hanya melakukan usaha yang tidak maksimal. Sementara itu, komponen normatif yang berkembang sebagai hasil dari pengalaman sosialisasi, tergantung dari sejauh apa perasaan kewajiban yang dimiliki pegawai. Komponen normatif menimbulkan perasaan kewajiban pada pegawai untuk memberi balasan atas apa yang telah diterimanya dari organisasi.
2. Jenis komitmen organisasi dari Mowday, Porter dan Steers
Komitmen organisasi dari Mowday, Porter dan Steers lebih dikenal sebagai pendekatan sikap terhadap organisasi. Komitmen organisasi ini memiliki dua komponen yaitu sikap dan kehendak untuk bertingkah laku. Sikap mencakup:
Identifikasi dengan organisasi yaitu penerimaan tujuan organisasi, dimana penerimaan ini merupakan dasar komitmen organisasi. Identifikasi pegawai tampak melalui sikap menyetujui kebijaksanaan organisasi, kesamaan nilai pribadi dan nilai-nilai organisasi, rasa kebanggaan menjadi bagian dari organisasi.
Keterlibatan sesuai peran dan tanggungjawab pekerjaan di organisasi tersebut. Pegawai yang memiliki komitmen tinggi akan menerima hampir semua tugas dna tanggungjawab pekerjaan yang diberikan padanya.
Kehangatan, afeksi dan loyalitas terhadap organisasi merupakan evaluasi terhadap komitmen, serta adanya ikatan emosional dan keterikatan antara organisasi dengan pegawai. Pegawai dengan komitmen tinggi merasakan adanya loyalitas dan rasa memiliki terhadap organisasi.
Sedangkan yang termasuk kehendak untuk bertingkah laku adalah:
Kesediaan untuk menampilkan usaha. Hal ini tampak melalui kesediaan bekerja melebihi apa yang diharapkan agar organisasi dapat maju. Pegawai dengan komitmen tinggi, ikut memperhatikan nasib organisasi.
Keinginan tetap berada dalam organisasi. Pada pegawai yang memiliki komitmen tinggi, hanya sedikit alasan untuk keluar dari organisasi dan berkeinginan untuk bergabung dengan organisasi yang telah dipilihnya dalam waktu lama.
Jadi seseorang yang memiliki komitmen tinggi akan memiliki identifikasi terhadap organisasi, terlibat sungguh-sungguh dalam pegawaian dan ada loyalitas serta afeksi positif terhadap organisasi. Selain itu tampil tingkah laku berusaha kearah tujuan organisasi dan keinginan untuk tetap bergabung dengan organisasi dalam jangka waktu lama.

Analisis Laporan Keuangan : Bab 3 no 11 (3-11)

Soal :
a) Identifikasikan klasifikasi sewa oleh Lessor. Jelaskan kriteria untuk mengklasifikasikan setiap jenis sewa!
b) Jelaskan Prosedur Akuntansi sewa oleh Lessor!
Jawab :
a) Dari Sudut Lessor
Terdapat beberapa jenis leasing yang disesuaikan dengan kebutuhan dan luas
bidang lease, yang anta lain adalah:
1. Sales Type Leases
Sales type leases merupakan finacial lease, tetapi dalam hal ini leased property
pada saat permulaan lease mempunyai nilai yang berbeda dengan cost yang
ditanggung lessor. Lessor dalam hal ini bisa mempakan suatu fabrikan atau dealer
yang memakai metode leasing sebagsai salah satu jalur pmasarannya.
2. Direct Financing Leases
Direct Financing leases adalah salah satu bentuk financial leasing yang dibiayai
langSung oleh lessor. Ditinjau mengenai tarifnya, tiap pembayaran leasse terdiri
dari bagian pengembalian investasi lessor dalam lease terdiri dari pagian
pengambilan investasdi lessor dalam leased property tersebut ditambah dengan
komponen income (keuntungan) yang diharapkan.
Metode ini sering disebut full payout leasing, yaitu menunjukkan bahwa lessor
membiayai sepenuhnya (100%) dari lease peroperty yang bersangkutan.
Baik Sales Type maupun Direct Financial Lease harus memenuhi syarat yang
tersebut pada persyaratan-persyaratan capital lease, ditambah dengan kedua
syarat yang tercantum dibwah ini,
a. Coooectibilitias pembayaran lease yang minimum dapat diramalkan secara
wajar (reasonable).
b. Tidak ada faktor uncertainties besar yang mempengaruhi jumlah
unreimbursable cost, yang hams dibayar oleh lessor sehubungan dengan lease
yang bersangkutan.
3. Leverage Leases
Leverage leases adalah financial lease dalam bentuk yang lebih kompleks sebab
melibatkan sekurangnya tiga pihak yng berdiri sendiri. Jadi disamping lessor dan
lessee ada pula credit proveder atau debt perticipatnt yang membiayai sebagaian
besar leased property. Dalam hal leverage leases, si lessee mempunyai equipment
dan melakukan penawaran harga; sama halnya dengan non leverage leases.
Tetapi dalam hal ini si lessor hanya menanggung sebagian kecil saja dari
pembiayaan leased property (sekitar 20% -40%) sedangkan sisanya ditanggung
oleh pihak ketiga (debt participant). Biasanya metode ini dipergunakan untuk
pembelian /pembiayaan barang modal yang nilainya sangat besar, sehingga tidak
mungkin dipikul sendiri oleh lessor.
4. Operating Lease
Operating lease adalah suatu kontrak dimana barang leasenya tidak diamortisir
sampai babis selama primary leade period dan lessor tidak mengharpkan profit
semata-mata dari rental lease tersebut tetapi mengharpkan adanya recovery dari
hasil penjualan barang atau dengan menyewakan kembali barang itu kepada
pihak berikutnya.
Untuk memahami klasifikasi lease, berikut ini disajikan flow chart kalisfikasi
lease yang ditinjau dari segi lessee dan segi lessor:
b) Perlakan Akuntansi Oleh Perusahaan Sewa Guna Usaha (Lessor)
Berbeda dengan pihak lessee, lessor memperlakukan transaksi sebagai
berikut :
1. Pada Finance lease
a) Penanaman netto dalam aktiva yang disewaguna ushakan harus diperlakukan
dan dicatat sebagai penanaman netto sewa guna usaha. Jumlah penanaman
netto terdiri dari jumlah piutang sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga
opsi) yang akan diterima oleh perusahaan sewa guna usaha pada akhir masa
sewa guna usaha dikurangai dengan pendapatan sewa guna usaha yang belum
diakui (unearned lease income), dan simpanan jaminan (security income).
b) Selisih antara piutang sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi)
dengan perolehan aktiva yang disewaguna usahakan diperlukan sebagai
pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui (unearned lease income).
c) Pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui harus dialokasikan secara
konsisten sebagai pendapatan tahun berjalan berdasarkan tingkat
pengembalian berkala (Periodie rate of retur) atas penanaman netto
perusahaan sewa guna usaha.
d) Apabila perusahaan sewa guna usaha menjual barang modal kepada penyewa
guna usaha sebelum berakhirnya masa sewa guna usaha maka perbedaan
antara harga jual dengan penanaman netto dalam sewa guna usaha pada saat
penjualan dilakukan harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau
kerugian periode berjalan.
e) Pendapatan lain yang diterima sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha
harus diakui dan dicatat sebagai pendapatan periode berjalan.
2. Pada Operating Lease
a) Barang modal yang disewagunausahakan harus diperlakukan dan dicatat
sebagai aktiva sewa guna usaha berdasarkan harga perolehan.
b) Pembayaran sewa guna usaha (lese payment) selama tahun berjalan yang
diperoleh dari penyewa guna usaha diakui dan dicatat sebagai pendapatan
sewa. Pendapatan sewa harus diakui dan dicatat berdasarkan metode garis
lurus sepanjang masa sewa guna usaha, meskipun pembyaran sewa guna
usaha mungkin dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap periode
c) Penyusutan aktiva yang disewagunausahakan harus dilakukan dalam jumlah
yang layak berdasarkan taksiran masa manfaatnya.
d) Kalau aktiva yang disewagunausahakan dijual maka perbedaan antara nilai
buku dan harga jual harus diakui dan dicatat sebagai kerugian atau
keuntungan tahun berjalan.
Pelaporan dan Transaksi Sewa Guna Usaha Oleh Perusahaan Sewa Guna Usaha (Lessor)
1. Pada Finance Lease
a. Aktiva dilaporkan berdasarkan urutan likuiditasnya, kewajiban dilaporkan
berdasarkan urutan jatuh temponya tanpa mengelompokkan ke dalam
unsur lancar dan tidak lancar (Uncelassified balance sheet)
b. Penanaman netto dalam aktiva yang disewagunausahakan harus
dilaporkan dalam neraca sebagai berikut :
Piutang sewa guna usaha Rp. XXX
Nilai sisa yang terjamin XXX
Pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui (XXX)
Simpanan Jaminan (XXX)
Penanaman netto sewa guna usaha XXX
Penyisihan piutang sewa guna usaha yang diragukan (XXX)
Jumlah penanaman netto XXX
c. Laporan laba rugi disajikan sedemikian rupa sehingga pendapatan
dilaporkan dalam kelompok yang terpisah dari kelompok biaya (single
step). Pendapatan sewa guna usaha harus dilaporkan sebagai komponen
utama dalam kelompok pendapatan.
d. Jumlah penanaman netto dan pendapatan sewa guna usaha dalam sewa
guna usaha sindikasi dan leveraged leases harus dilaporkan masingmasing
pihak secara proporsional sesuai penyertaannya.
e. Pengungkapan yang layak harus dicantumkan dalam catatan atas laporan
keuangan mengenai hal-hal sebagai berikut :
- Kebijakan akuntansi penting yang digunakan sehubungan dengan
transasksi sewa guna usaha.
- Jumlah pembayaran sewa guna usaha paling tidak untuk dua tahun
berikutnya.
- Sifat dari simpanan jaminan yang mernpakan kewajiban perusahaan
sewa guna usaha kepada penyewa guna usaha.
- Piutang sewa guna usaha yang dijaminkan kepada pihak ketiga.
- Sewa guna usaha sindikasi dan leveraged leases.
2. Pada Operating Lease
a. Barang modal yang disewagunausahakan dilaporkan berdasarkan harga
perolehan setelah dikurangi dengan akumulasi penyusutan.
b. Aktiva yang disewagunausahakan dilaporkan secara terpisah dri aktiva
tetap yang tidak disewagunausahakan.
c. Perhitungan laba rugi harus disusun sedemikian rupa sehingga seluruh
pendapatan dilaporkan dalam kelompok terpisah dari kelompok biaya
(single step). Pendapatan sewa guna usaha harus dilaporkan sebagai
komponen utama dalam kelompok pendapatan.
d. Penyusutan aktiva yang disewa guna usaha akan dilaporkan secara
terpisah dari penyusutan yang tidak disewagunausahakan.
e. Pengungkapan yang layak hauns dicantumkan dalam catatan atas laporan
keuangan mengenai hal-hal sebagai berikut :
- Kebijakan akuntansi penting yang digunakan sehubungan dengan
transaksi sewa guna usaha.
- Jumlah pembayaran sewa guna usaha paling tidak untuk dua tahun
berikutnya.
- Sifat dari simpanan Jaminan (jika ada)
- Aktiva yang disewagunausahakan yang dijaminkan kepada pihak ketiga.
Sewa guna usha sindikasi dan leveraged leases

Analisis Laporan Keuangan : Bab 1 no 16 (1-16)

Soal :
Identifikasikan dan uraikan setidaknya 4 kategori alat analisis keuangan
Jawab :
4 jenis alat analisis keuangan, yaitu :
1. Analisis Laporan Keuangan Komparatif
Dilakukan dengan cara menelaah neraca, laporan laba rugi, atau laporan arus kas yang berurutan dari 1 periode ke periode lainnya. Analisis ini meliputi penelaahan perubahan saldo tiap-tiap akun selama beberapa tahun. Perbandingan laporan selama beberapa periode menunjukan arah, kecepatan, dan jangkauan jarak sebuah trend.
2. Analisis Laporan Keuangan Common-Size
Proporsi kelompok yang membentuk suatu pos tertentu bermanfaat bagi Analisis Laporan Keuangan. Secara khusus, dalam analisis neraca, total asset biasa dinyatakan 100%. Kemudian pos-pos dalam kelompok ini dinyatakan sebagai persen terhadap total bersangkutan. Karena total pos-pos dalam kelompok adalah 100%, analisis ini disebut menghasilkan laporan keuangan common-size. Dapat juga disebut analisis vertikal karena evaluasi pos dari atas ke bawah (atau dari bawah ke atas) dalam laporan common-size.
3. Analisis Rasio
Merupakan salah 1 alat analisis keuangan yang paling populer atau umum digunakan. Sebuah rasio menyatakan hubungan matematis antara 2 kuantitas. Rasio 300 terhadap 100 dapat dinyatakan sebagai 3:1. Meskipun perhitungan rasio merupakan operasi aritmatika sederhana, interpretasinya dapat lebih kompleks.
4. Analisis Arus Kas
Digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi sumber dan penggunaan dana. Analisis arus kas menyediakan pandangan tentang bagaimana perusahhan memperoleh pendanaannya dan menggunakan sumber dayanya. Analisis ini juga digunakan dalam peramalan arus kas dan bagian dari analisis likuiditas.